Jika kamu sudah terbiasa hidup dalam lingkungan web developer, kamu pasti sudah tidak asing dengan istilah framework. Apa itu framework? Framework ini dapat diartikan sebagai kerangka kerja yang berguna untuk membantu web developer dalam menulis baris kode
Sebelum kita akan membahas apa itu framework kita akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu pengertian,framework.
Apa itu Framework?
Framework adalah sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengembangkan website. Framework ini diciptakan untuk membantu web developer dalam menulis baris kode. Dengan menggunakan framework penulisan kode akan jauh lebih mudah, cepat, dan terstruktur rapi
Nah Dalam proses website development, ada banyak cara menciptakan tampilan depan website via coding. Salah satu yang paling mudah yaitu dengan menggunakan front end framework. Anda bisa membuat tampilan website yang menarik dan profesional dengan lebih cepat.
Saat ini, ada banyak front end framework tersedia yang bisa Anda coba. Tentunya, setiap framework memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lalu, manakah yang paling cocok untuk Anda?
Daripada kalian bingung harus menggunakan FRAMEWORK kami akan mengulas secara lengkap 5 front end framework terbaik. Sekaligus, membantu Anda memilih framework mana yang paling tepat.
SEMANTIC UI
Semantic UI adalah front end framework yang masih tergolong baru. Framework ini baru diluncurkan 2014 oleh Jack Lukicthis, seorang full stack developer.
Nah, Semantic UI adalah CSS framework terbaik. Itulah sebabnya, front end framework yang satu ini secara bawaan tidak menggunakan DOM maupun Data Binding sama sekali.
Meski begitu, Semantic UI mendukung integrasi dengan framework lain, seperti React, Angular, dan Ember.js. Selain itu, ia juga menyediakan dukungan plugin pihak ketiga untuk menambah fitur-fiturnya.
Fitur-Fitur Unggulan Semantic UI:
- Themes Collections – Menyediakan ribuan tema dan puluhan komponen untuk mempercantik dan menambah fitur-fitur terkait interface.
- Exchangeable Concepts – Mengadopsi bahasa manusia ke dalam aturan penulisan kode, contohnya ketika menulis Class.
- Development Toolset – Memudahkan konfigurasi CSS, JavaScript, dan Font, sehingga bisa digunakan untuk aplikasi lain cukup dengan sekali tulis.
Kelebihan Semantic UI:
- Tersedia berbagai pilihan tema dan komponen UI.
- Aturan penulisan kode yang mudah dipahami.
- Mendukung berbagai integrasi sehingga banyak fitur bisa ditambahkan.

VUE.JS
Vue.js adalah front end framework dengan rating tertinggi di Github. Framework ini diluncurkan pada 2014 lalu oleh Evan You. Seseorang yang juga merupakan salah satu kreator framework Angular.
Vue.js adalah framework berjenis MVVM (Model-View ViewModel) yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front end framework yang satu ini punya aturan penulisan kode yang simpel, sehingga mudah digunakan oleh pemula.
Selain itu ukuran Vue.js juga tergolong kecil, hanya 18 KB saja! Meski begitu, kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Karena, bisa digunakan untuk membangun web app, mobile app, hingga progressive web app (PWA).
Fitur-Fitur Unggulan Vue.js:
- Virtual DOM (Document Object Model) – Tiruan dari Real DOM untuk menyimpan dan mereview perubahan kode sebelum menerapkannya di Real DOM.
- Components – Membuat sekaligus mengelola elemen kustom dalam format HTML, nya sehingga dapat digunakan berulang-ulang.
- Two-way Data Binding – Menjadikan setiap perubahan kode di JavaScript berpengaruh terhadap tampilan HTML, begitu pula sebaliknya.
Kelebihan Vue.js:
- Dokumentasi yang lengkap dan detail.
- Mudah digunakan untuk developer dengan keterampilan JavaScript.
- Sangat fleksibel untuk merancang struktur aplikasi.
- Mendukung TypeScript, bahasa pemrograman berbasis JavaScript.
Kekurangan Vue.js:
- Komponen yang tersedia belum stabil.
- Komunitas belum terlalu besar.
- Kebanyakan plugin dan komponen ditulis dengan bahasa Mandarin sehingga sulit digunakan.
REACT.JS
React adalah front end framework yang dibangun oleh raksasa teknologi dunia, Facebook (sekarang Meta) pada 2011 lalu. React merupakan framework open source di bawah lisensi software MIT.
React sebenarnya bukan sebuah front end framework JavaScript murni, melainkan sebuah library. Pun demikian, ia tetap punya berbagai fitur layaknya sebuah framework, contohnya DOM.
Di samping itu, React juga punya kinerja stabil. Hal tersebut membuatnya bisa diandalkan untuk membangun PWA dan SPA yang dipersiapkan untuk menampung banyak trafik.
Fitur-Fitur Unggulan React:
- Virtual DOM – Sama seperti Vue.js, React juga dibekali Virtual DOM yang berguna untuk menyimpan berbagai perubahan kode.
- Libraries Integration – Menjadikan React bisa digunakan bersama dengan berbagai library berbasis JavaScript.
- JSX (JavaScript XML) – Ekstensi sintaks JavaScript untuk memudahkan modifikasi DOM dengan kode berformat HTML.
Kelebihan React:
- Komponen bisa digunakan berulang-ulang di berbagai halaman aplikasi.
- Kemudahan untuk menulis komponen tanpa perlu mengenalkan (deklarasi) Class-nya.
- Menyediakan berbagai tools pengembang dengan fitur-fitur yang melimpah.
Kekurangan React:
- Dokumentasi yang berubah-ubah, mengingat frekuensi update yang terlalu sering.
- Agak sulit dipelajari pemula karena JSX yang cenderung rumit.
Gunakan React Jika:
React paling pas digunakan untuk membangun SPA yang cenderung kompleks dan membutuhkan banyak komponen user interface seperti panel navigasi, tombol, dan akordion.
Selain itu, React juga lebih cocok jika dipakai bersama library lain seperti Redux, karena dapat meningkatkan kinerja SPA.
Jangan Gunakan React Jika:
React kurang cocok bagi Anda yang pemula dan belum memahami JavaScript, apalagi JSX yang punya aturan kode lebih rumit daripada JavaScript biasa.
ANGULAR
Selain React, ternyata ada lagi front end framework buatan raksasa teknologi lain. Framework yang dimaksud adalah Angular yang dikembangkan oleh Google sejak 2009 lalu.
Mirip dengan React, Angular juga merupakan framework open source. Nah, front end framework yang satu ini berjenis MVC (Model View Controller) dan dibangun dengan bahasa TypeScript.
Sayangnya, Angular punya aturan penulisan kode yang cukup rumit. Selain itu, ukurannya juga tergolong besar yakni 566 KB. Pun demikian, Angular terbukti handal untuk membangun web dan mobile app, PWA, hingga RIA (Rich Internet App).
Fitur-Fitur Unggulan Angular:
- Directives – Memudahkan developer untuk mengatur DOM sehingga bisa menghasilkan konten berformat HTML yang lebih dinamis.
- Hierarchical Injections – Memudahkan pengelolaan komponen kode untuk keperluan pengujian atau penggunaan ulang.
- Two-way Data Binding – Mirip dengan Vue.js, Angular menggunakan two-way data binding untuk kemudahan sinkronisasi antara Model dan View.
Kelebihan Angular:
- Setiap perubahan kode bisa ditampilkan hasilnya secara instan berkat adanya Two-way Data Binding.
- Dapat menggunakan komponen secara berulang-ulang cukup dengan sekali menulis komponen.
- Jumlah baris kode yang diperlukan untuk membangun aplikasi jadi lebih sedikit.
- Dukungan resmi dari Google dan komunitas yang luas.
Kekurangan Angular:
- Agak sulit dipelajari oleh pemula, mengingat aturan penulisan kode yang cukup rumit.
- Struktur aplikasi yang dihasilkan cenderung rumit, sehingga bisa menurunkan kinerja aplikasi.
- Kemampuan SEO yang terbatas sehingga kurang SEO Friendly.
jQUERY
jQuery adalah salah satu front end framework tertua yang dirilis sejak tahun 2006. Meski begitu, jQuery masih cukup relevan digunakan untuk membangun website, mobile app, dan desktop app.
Sama seperti React, jQuery sebenarnya adalah library JavaScript dan bukan merupakan framework. Nah, jQuery punya fungsi utama yaitu untuk memanipulasi CSS dan DOM sehingga menghasilkan website yang lebih interaktif.
Selain itu, jQuery juga menawarkan kemudahan penggunaan dengan memangkas aturan penulisan kode JavaScript menjadi lebih ringkas. jQuery juga didukung komunitas yang luas dan berpengalaman.
Fitur-Fitur Unggulan jQuery:
- Versatile Event Handling – Memangkas jumlah baris kode untuk perintah yang melibatkan aktivitas pengguna, seperti klik pada mouse.
- jQuery Mobile – Framework HTML5 berbasis System-UI untuk memudahkan developer dalam membangun mobile app.
- Browser Interchangeability – Mampu menjalankan berbagai fungsi di hampir semua browser tanpa mengalami kendala berarti.
Kelebihan jQuery:
- Mudah dipelajari dan digunakan oleh pemula karena penulisan kode yang simpel
- Mendukung hampir semua browser yang ada di pasaran.
- Menyediakan beragam pilihan plugin untuk menambah fiturnya.
Baca juga: Plugin jQuery untuk Web Developer
Kekurangan jQuery:
- Ukuran yang tergolong besar, satu package jQuery terdiri atas semua komponen DOM, Events, Effects, dan AJAX.
- Kinerja yang tergolong lambat, mengingat ukuran yang besar.
- Tidak memiliki Data Layer, sehingga proses memanipulasi DOM jadi lebih rumit.
Contoh Penggunaan jQuery: Beberapa perusahaan yang tercatat menggunakan jQuery antara lain Microsoft, Uber, Twitter, dan Pandora.
Yuk bangun website dengan front end framework terbaik .pilihlah framework yang paling sesuai dengan kebutuhan serta skill front end Anda sebagai developer. Tujuannya agar proses pengembangan front end berjalan lancar dan menghasilkan interface website yang menarik.
Wajib diketahui bahwa membangun website tidak selalu soal front end. Ada banyak hal yang harus diperhatikan. Mulai dari menentukan jenis website, membangun website sesuai jenisnya, hingga mengoptimasi website tersebut..